Minggu, 14 Agustus 2016

Review Album A Rush of Blood to the Head - Coldplay ( Fitriyah Indah Lukfaniasari )

Beautiful Masterpiece from A Rush of Blood to the Head

(Coldplay Album)

  "A Rush of Blood to the Head" adalah album studio kedua dari Coldplay. Dirilis pada tanggal 26 Agustus 2002 melalui label Parlophone di Inggris. Album ini diproduksi oleh band dan produser rekaman Ken Nelson. Perekaman dimulai setelah Coldplay menjadi populer di Eropa dan luar negeri saat merilis album pertama mereka, Parachutes, dan khususnya, salah satu single-nya, "Yellow". Tema album ini amat dipengaruhi oleh serangan 11 September di AS, yang terjadi seminggu sebelum perekaman dimulai. 
  Album ini menduduki peringkat nomor #473 untuk 500 Greatest Albums of All Time dimajalah Rolling Stone. Album ini dirilis pada 27 Agustus di AS melalui Capitol Records. Album ini menjadi album nomor satu di Inggris. Penjualan album terbesar pada abad ke-21. The British Phonographic Industry menganugerahi album ini 8x platinum untuk akumulasi penjualan lebih dari 2,6 juta copi di Inggris dan lebih dari 13 juta di seluruh dunia. Album ini melahirkan single hit "In My Place", "The Scientist", "Clocks", dan "God Put a Smile upon Your Face". 

  Album ini telah dipuji oleh para kritikus musik dan memenangkan Grammy Awards pada tahun 2003 untuk kategori Best Alternative Album (untuk kedua kalinya berturut-turut Coldplay memenangkannya dalam kategori yang sama) dan untuk kategori Record of the Year untuk single "Clocks".
  Band ini mengakui bahwa versi awal lagu yang akan menjadi single "Clocks", pertama kali Martin mainkan khusus kepada anggota band mereka. Beberapa lagu di album ini adalah tentang hubungan. Lagu ini didasarkan pada kenyataan, tetapi menurut Martin, mereka ditulis dengan sentuhan fiksi. Lagu-lagu itu seperti dongeng, mereka memiliki awal dan akhir dan Anda dapat membuatnya bekerja dengan sempurna.

  Cover untuk album A Rush of Blood to the Head dirancang oleh fotografer Sølve Sundsbø. Sundsbø telah disewa oleh majalah Dazed & Confused di akhir tahun 1990-an untuk menghasilkan sesuatu dengan teknologi, yang membuat semua menjadi serba putih. Sebagai seniman, ia mencoba melakukan hal yang belum pernah dilakukan sebelumnya, yang hampir mustahil, dia mengambil gambar dengan menggunakan mesin scan 3D. 

  Secara keseluruhan album ini, adalah album yang sungguh melodramatic dan penuh perasaan dari hati. Penuh dengan kisah hubungan cinta yang selaras dengan musiknya.

by : Fitriyah Indah Lukfaniasari
XII – MIPA 3

0 komentar:

Posting Komentar